Semangat Gue dan temen-temen untuk berada di puncak tertinggi Pulau Jawa masih berkobar. Rasa lelah yang terkadang muncul pun sirna ketika Gue membayangkan indahnya puncak Mahameru yang telah dijanjikan. Malam yang cukup dingin hingga menerobos tebalnya jaket membuat kita terpaksa harus masuk tenda dan istirahat agar fisik bisa fit saat summit dini hari nanti. Di dalam tenda Kartika, Entul dan yang lainya masih juga belum tidur, ada yang nyiapin kata-kata terakhir salam titipan temen-temenya, sedangkan Dzaki asyik curhat tentang mantanya.
Malam semakin larut, sepi sunyi diiringi dinginnya kalimati membuat Gue mulai berimajinasi. Dengan mata tertutup pikiran di dalam kepala gue seakan merancang masa depan yang begitu indah. Seakan-akan Gue sendiri yang menentukan takdir ini (Ampunilah hamba mu ini Tuhan). Tiba-tiba ada yang membuka tenda "Mas, pinjem senter sama tisu dong !!". Gue menjawab " Masih sempet aja lo digunung maucoli. "Dzaki menjawab " Astaghfirrllah, cepet Mas, perut Gue mules nih". Tak lama kemudian, giliran perut Gue yang mules. Kira-kira pukul 21.30, suasan tenda di sekitar kalimati sudah sepi, rasa takut yang semula ada, hilang seketika karena Gue bener-bener udah ngga bisa ngempet.
Pukul 00.30 WIB Gue terbangun dari tidur yang ngga nyenyak sama sekali, suara ngorok Gubis, Dion dan Syahri membentu irama merdu di tengah malam membuat suasana mencekam menjadi hilang. Tanpa berfikir panjang Gue langsung bangunin temen-temen buat persiapan summit. Dari beberapa yang nge camp di Kalimati, Rombongan Gue yang paling duluan bangun dan siap-siap buat summit malam itu. Segala perlengkepan kita siapkan,seperti panci, sabun mandi, sikat, LPG, beras head lamp, perlengkapan pribadi, P3K dan lain sebagainya.
Perjalanan pun dimulai, Gue dan temen-temen memulai summit dengan kepercayaan diri tinggi. Menjadi rombongan pertama yang summit malam itu, seakan-akan rombongan Gue lah yang paling siap menuju puncak tertinggi pulau jawa. Tanjakan yang semakin terjal dan sempit membuat Gue berkali-kali menghela nafas panjang. Dan akhirnya, baru 10 menit jalan, Gue dan temen-temen memutuskan untuk break dan mempersilahkan rombongan dibelakang untuk duluan. Saling mendahului antar rombongan merupakan hal biasa, sambil berkata "Monggo mas, mba" atau sekedar melontarkan senyuman.
Pukul 02.45 WIB Gue dan temen sampai di batas vegetasi, yang artinya Gue harus siap melewati track pasir dengan kemiringan kurang lebih 45 drajat. Formasi rombongan ngga jauh beda dengan hari-hari sebelumnya, Syahri dan Lilis ada di paling depan, kemudian diikuti Entul Gubis dan Dion. Sementara Gue, Dzaki dan kartika masih di paling belakang. Langkah demi langkah Gue lewati, berjalan diatas pasir lereng Mahameru bukan lah perkara yang mudah untuk dilalui.
Track pasir lereng Mahameru yang cukup berat memaksa Gue, Dzaki, Dion dan Kartika sering break, hanya berjalan 10 langkah kita memutuskan untuk berhenti mengambil nafas. "Kar, Masih kuat ?" Dzaki menanyakan kondisi Kartika. Kartika hanya menganggukkan kepala, seakan tak mau menunjukkan kalo dia mau nyerah begitu saja. Perjalanan pun dilanjutkan, Kartika yang sudah terlihat sangat lemah terus melangkah meskipun memerlukan bantuan dari Dzaki dan Dion. "Ayo, kar semangaaat bentar lagi puncak", Mungkin itu kata-kata sok tau dan semangat buat Kartika (Padah perjalana masih belum setengah jalan wkwkw).
Kondisi kartika semakin lemah, dia hanya bisa duduk dan merasa sesak nafas. Gue yang ngga ada pengalaman jadi PMR atau magang di rumah sakit pun agak bingung (Waduh, ini kalomati ada apa-apa gimana ni anak orang). Langsung Gue nyuruh Dion agar ngasih oksigen ke kartika. Ngga malah baik, kartika pun malah lemes dan perlu istirahat cukup lama. 20 menit kemudian kita lanjut melangkah lagi. Dion Gue suruh duluan buat ngambil sedikit makanan yang dibawa Syahri untuk ngasih asupan ke Kartika.
Langkah demi langkah terus Gue ayunkan untuk bisa menuju puncak yang Gue harapkan. Baris-berbaris dengan rombongan lain sudah tak bisa terelakkan. Dan akhirnya, imajinasi yang pernah Gue bayangkan dikabulkan oleh Tuhan. Jadi, pas jalan di lereng pasir, di belakang Gue ada pendaki syar'i dengan memakai cadar. Tiba-tiba dia manggil Gue "Mas, minta tolong dong"Langsung Gue noleh ke belakang. Dia mengulurkan tanganya seakan mengajak Gue berdansa. "Oh iya saya bantu mba, hati-hati". dan Gue pun memegang tangan Si Mba syar'i tersebut sambil jalan dengan hati-hati (Gue pake sarung tangan jadinya ngga dosa). Saking asyikya berjalan sama si Mba tadi, hingga Gue lupa kalo Kartika masih terdampar sama Dzaki. Gue ngga tau persis wajah dari Mba tadi, tapi kalo di denger dari Suaranya sih cantik orangnya.
Kondisi Kartika semakin lemah, Dia hanya bisa duduk dan memejamkan matanya. Gue dan Dzaki pun hanya bisa memberi semangat. "Ayo kar, jangan tidur. Bentar lagi puncak" Dzaki memberi semangat. "Kar, Lo Cewek kuat, buktinya udah nyampe sini. tanggung bentar lagi puncak", Giliran Gue memberi semangat. Ngga lama kemudian ada tiga pendaki dari bawah, 2 Orang Taiwan dan satu lagi Guide asal Malang. Dia sejenak menghampiri Gue bertiga "Kenapa ceweknya mas?" Tanya si Guid tersebut. "Ini mas, udah ngga kuat nanjak lagi, tapi masih ngotot aja pengen nanjak". "Udah, mas mending anter turun aja, takutnya malah kena Hipo" Guide tersebut kasih saran sambil ngecek kondisi kartika. Dan Akhirnya Gue dan Dzaki memutuskan untuk ngga nerusin naik demi keselamatan Kartika. "Udah kar, dari pada entar kenapa-kenapa mending turun aja. Kita Ngga papa kok, ngga sampe puncak, toh Semeru ngga pindah tempat. Kapan-kapan bisa kesini lagi" Kata-kata bijak si Dzaki. "Iya kar bener Dzaki, mending turun aja, Gue juga ngga apapa. santai aja. Terkadang kita bisa merencanakan, tapi tuhanlah yang maha menentukan" giliran Gue mengeluarkan kata-kata bijak. (Tapi dalam hati Gue :Jancukkk, diluk engkas puncak padahal, kapan maneh aku iso nyampe puncak. wkwkwk) Tapi Ego Gue masih bisa Gue kalahkan. Dengan berbesar hati, Gue ngajak si Kartika buat turun demi keselamatanya (Luar biasa bukan ? hehe).
Mentari sudah mulai menampakkan wajah cantiknya. Menyinari seluruh permukaan bumi yang berhadapan langsung denganya. "Subhanaallah" kata-kata itu yang bisa Gue ucapkan melihat indahnya kuasa tuhan dari sudut lereng Mahameru. Kartika yang sebelumnya hanya duduk lesu, langsung terlihat memperoleh energinya kembali setelah terkena sinar matahari. Senyumanya kembali lagi, menikmati terbitnya matahari di lereng Mahameru. Tanpa menunggu aba-aba, kita pun mengabadikan momen tersebut.
Pukul 06.30, Kartika yang seakan-akan menemukan energinya kembali. Mengajak Gue dan Dzaki untuk melanjutkan perjalanan. Gue pun bersemangat melihat kondisi kartika saat itu. Dan perjalanan pun dimulai, kita bertiga menjadi pendaki terakhir yang menuju puncak. dimana yang lainya udah pada turun, Gue bertiga baru mau naik. Dan akhrinya, Kartika bener-bener udah ngga kuat lagi. Kita duduk di lereng bertiga sambil ngobrol ringan menyemangati diri sendir dan kartika karena hampir pasti Gagal mencapai puncak. "Kar, Lo tau ngga tuhan ngga ngijinin lo buat sampe puncak hari ini? Karena Tuhan pengen lo besok ke puncak bareng sama Suami lo. Andai aja lo sampai puncak hari ini, pasti lo udah ngga pengen lagi ke puncak Mahameru. Nah, Tuhan punya cara lain agar perjalanan lo ke Mahameru lo lebih berkesan, yaitu sama suami lo. Makanya itu Tuhan ngga ngijinin lo sampe puncak hari ini" Itu lah salah satu kata mutiara yang Gue sampaikan ke kartika (Padahal itu pun buat mngehibur Gue wkwk).
"Mas, Dzak, mending lo naik berdua aja, biar Gue nunggu disini. Gue gapapa kok" ucap kartika sambil raut wajah masih lesu dan pucat. "Ngga lah, ngga mungkin Gue ninggalin lo sendiri disini" kata si Dzaki. "Iya kar, ngga mungkin lo disini sendirian" Gue menambahi. "Gapapa Mas, beneran, kalo lo berdua gagal sampe puncak cuman gara-gara Gue, Gue malah merasa bersalah" Kata kartika, sambil memaksa. Melihat kondisi kartika yang sudah membaik, akhirnya dengan terpaksa Gue naik duluan dan Dzaki akan menyusul setelah Dion, Gubis, Lilis dan Syahri turun. Belum sampe 20 langkah Gue naik, Lubis dan Entul udah turun. "Bis, udah sampe puncak?" Lubis ngga jawab pertanyaan Gue, malah di melambaikan tangan seakan mengisyaratkan ke Gue agar ngga naik ke puncak, karena saat itu udah hampri jam 8.00 dan bertanda Mahameru mulai erupsi. Semangat Gue pun pupus, puncak mahameru yang didepan mata seakan sirna begitu saja. "Bis, udah nyampe puncak? Emang jam segini udah mulai erupsi?" Gue bertanya. "Gue gagal nyampe puncak, kondisi Entul lagi down, dia sampe muntah-muntah tadi. Kalo lo mau naik cepetan sebelum erupsinya makin parah" Kata si Gubis. "Hah, muntah-muntah?Apa dia hamil? . Dibawah ada Kartika, Gue minta tolong temenin dia dulu" Gue sok kaget. Akhirnya semangat Gue kembali membara. tak perduli yang lain udah pada turun, tapi gue tetep nekat pengen sampe puncak. Dan akhirnya, sampailah Gue di atap tertinggi pulau Jawa.
Setelah puas menikmati indahnya puncak Mahameru, Gue dan Dzaki memutuskan untuk segera turun. Perjalanan turun di lereng Mahameru sampai batas vegetasi hanya membutuhkan waktu kuarng lebih 45 menit. Perjalanan ke Camp kalimati Gue lalui begitu cepat, rasa agak nyilu pada lutut seakan tertutupi oleh rasa bahagia karena Gue mampu mencapai puncak Mahameru. Sesampai di camp, Gue langsung merebahkan badan di atas matras. Target sebelumnya kita akan turun hari itu juga, berhubung kondisi kita lagi ga bagus, akhirnya kita memutuskan untuk bermalam di Kalimati dan mulai turun keesokan harinya.
31 Juli 2018, pagi yang cukup cerah. Setelah tenaga Gue dan temen-temen kembali pulih, kita bersiap untuk turun. Kali ini Syahri, Lilis dan Dion turun duluan agar bisa check out dan membawa sampah. Gue, Lubis, Dzaki, Entul dan Kartika turun dengan santai sambil menikmati kembali pos demi pos yang telah kita lalui. Perjalanan turun cukup lancar, hanya sesekali berhenti hanya untuk menghela nafas dan membahasi tenggorokan. Jambangan - cemoro kandang - Oro-oro ombo - Kita lalui dengan penuh semangat. Dan Akhirnya, ada sebuah kejadian romantis.
Jatuh (di Tanjakan) Cinta, mungkin kejadian ini bisa dijadikan judul FTV. Lagi-lagi Kartika membuat masalah wkwkwk. "Kar, kalo turun jangan ditahan ya, mending sambil lari aja, biar ngga sakit lututnya" Kata si Dzaki. Seakan mengiyakan bisikansetan dari Dzaki. Kartika meluncur dengan cepat. "Loh loh kar, kok malah cepet larinya (Perasaan Gue mulai ngga enak)" Dan akhirnya Dia terjun bebas dan bergulung-gulung sampai tertahan pohon kecil yang ada ditanjakkan tersebut. Dzaki yang melihat kejadian menakjubkan tersebut hanya bilang "Loh, kok jatuh", karena merasa bersalah dia langsung lari dan memberikan pertolongan pertama. "Kar, aman? Masih inget Gue kan" Kata si Dzaki. "Kar, siapa nama Lo?" Gue memastikan dia ngga gagar otak. "Bentar-bentar, tanah tanjakan cinta gurih juga ya" kata si kartika sambil mengeluarkan tanah di mulutnya. Syukur Alhamdulillah, Kartika ngga apa.
Perjalanan turun terus berlanjut, kabut tebal mengiri perjalan turun Gue dan temen-temen. Sesekali mengambil foto saat perjalanan dan bercanda tawa. Tak ada suara notifikasi handphone dan gaduh nya suara jalanan kota, membuat Gue sangat menikmati perjalanan kali ini. Itu lah salah satu alasan mengapa Gue rindu kembali ke Gunung. Keramahan alamnya membuat Gue terbuai dalam imajinasi yang sangat nyata. Menikmati setiap jengkal keindahan alam yang telah Tuhan ciptakan. Tidak ada satu kata pun yang dapat menandingi nikmat yang telah Tuhan berikan kecuali selalu beryukur kepadaNya.
Dan akhirnya, Gue akan selalu merindukan kalian dan berharap bisa kembali membuat cerita indah di Gunung yang berbeda.
Mahameru Episode 1
Mahameru Episode 2
Limitless Man
Kopi Sore di Kalimati
Malam semakin larut, sepi sunyi diiringi dinginnya kalimati membuat Gue mulai berimajinasi. Dengan mata tertutup pikiran di dalam kepala gue seakan merancang masa depan yang begitu indah. Seakan-akan Gue sendiri yang menentukan takdir ini (Ampunilah hamba mu ini Tuhan). Tiba-tiba ada yang membuka tenda "Mas, pinjem senter sama tisu dong !!". Gue menjawab " Masih sempet aja lo digunung mau
Pukul 00.30 WIB Gue terbangun dari tidur yang ngga nyenyak sama sekali, suara ngorok Gubis, Dion dan Syahri membentu irama merdu di tengah malam membuat suasana mencekam menjadi hilang. Tanpa berfikir panjang Gue langsung bangunin temen-temen buat persiapan summit. Dari beberapa yang nge camp di Kalimati, Rombongan Gue yang paling duluan bangun dan siap-siap buat summit malam itu. Segala perlengkepan kita siapkan,
Perjalanan pun dimulai, Gue dan temen-temen memulai summit dengan kepercayaan diri tinggi. Menjadi rombongan pertama yang summit malam itu, seakan-akan rombongan Gue lah yang paling siap menuju puncak tertinggi pulau jawa. Tanjakan yang semakin terjal dan sempit membuat Gue berkali-kali menghela nafas panjang. Dan akhirnya, baru 10 menit jalan, Gue dan temen-temen memutuskan untuk break dan mempersilahkan rombongan dibelakang untuk duluan. Saling mendahului antar rombongan merupakan hal biasa, sambil berkata "Monggo mas, mba" atau sekedar melontarkan senyuman.
Pukul 02.45 WIB Gue dan temen sampai di batas vegetasi, yang artinya Gue harus siap melewati track pasir dengan kemiringan kurang lebih 45 drajat. Formasi rombongan ngga jauh beda dengan hari-hari sebelumnya, Syahri dan Lilis ada di paling depan, kemudian diikuti Entul Gubis dan Dion. Sementara Gue, Dzaki dan kartika masih di paling belakang. Langkah demi langkah Gue lewati, berjalan diatas pasir lereng Mahameru bukan lah perkara yang mudah untuk dilalui.
Track pasir lereng Mahameru yang cukup berat memaksa Gue, Dzaki, Dion dan Kartika sering break, hanya berjalan 10 langkah kita memutuskan untuk berhenti mengambil nafas. "Kar, Masih kuat ?" Dzaki menanyakan kondisi Kartika. Kartika hanya menganggukkan kepala, seakan tak mau menunjukkan kalo dia mau nyerah begitu saja. Perjalanan pun dilanjutkan, Kartika yang sudah terlihat sangat lemah terus melangkah meskipun memerlukan bantuan dari Dzaki dan Dion. "Ayo, kar semangaaat bentar lagi puncak", Mungkin itu kata-kata sok tau dan semangat buat Kartika (Padah perjalana masih belum setengah jalan wkwkw).
Kondisi kartika semakin lemah, dia hanya bisa duduk dan merasa sesak nafas. Gue yang ngga ada pengalaman jadi PMR atau magang di rumah sakit pun agak bingung (Waduh, ini kalo
Langkah demi langkah terus Gue ayunkan untuk bisa menuju puncak yang Gue harapkan. Baris-berbaris dengan rombongan lain sudah tak bisa terelakkan. Dan akhirnya, imajinasi yang pernah Gue bayangkan dikabulkan oleh Tuhan. Jadi, pas jalan di lereng pasir, di belakang Gue ada pendaki syar'i dengan memakai cadar. Tiba-tiba dia manggil Gue "Mas, minta tolong dong"Langsung Gue noleh ke belakang. Dia mengulurkan tanganya seakan mengajak Gue berdansa. "Oh iya saya bantu mba, hati-hati". dan Gue pun memegang tangan Si Mba syar'i tersebut sambil jalan dengan hati-hati (Gue pake sarung tangan jadinya ngga dosa). Saking asyikya berjalan sama si Mba tadi, hingga Gue lupa kalo Kartika masih terdampar sama Dzaki. Gue ngga tau persis wajah dari Mba tadi, tapi kalo di denger dari Suaranya sih cantik orangnya.
Kondisi Kartika semakin lemah, Dia hanya bisa duduk dan memejamkan matanya. Gue dan Dzaki pun hanya bisa memberi semangat. "Ayo kar, jangan tidur. Bentar lagi puncak" Dzaki memberi semangat. "Kar, Lo Cewek kuat, buktinya udah nyampe sini. tanggung bentar lagi puncak", Giliran Gue memberi semangat. Ngga lama kemudian ada tiga pendaki dari bawah, 2 Orang Taiwan dan satu lagi Guide asal Malang. Dia sejenak menghampiri Gue bertiga "Kenapa ceweknya mas?" Tanya si Guid tersebut. "Ini mas, udah ngga kuat nanjak lagi, tapi masih ngotot aja pengen nanjak". "Udah, mas mending anter turun aja, takutnya malah kena Hipo" Guide tersebut kasih saran sambil ngecek kondisi kartika. Dan Akhirnya Gue dan Dzaki memutuskan untuk ngga nerusin naik demi keselamatan Kartika. "Udah kar, dari pada entar kenapa-kenapa mending turun aja. Kita Ngga papa kok, ngga sampe puncak, toh Semeru ngga pindah tempat. Kapan-kapan bisa kesini lagi" Kata-kata bijak si Dzaki. "Iya kar bener Dzaki, mending turun aja, Gue juga ngga apapa. santai aja. Terkadang kita bisa merencanakan, tapi tuhanlah yang maha menentukan" giliran Gue mengeluarkan kata-kata bijak. (Tapi dalam hati Gue :
Mentari sudah mulai menampakkan wajah cantiknya. Menyinari seluruh permukaan bumi yang berhadapan langsung denganya. "Subhanaallah" kata-kata itu yang bisa Gue ucapkan melihat indahnya kuasa tuhan dari sudut lereng Mahameru. Kartika yang sebelumnya hanya duduk lesu, langsung terlihat memperoleh energinya kembali setelah terkena sinar matahari. Senyumanya kembali lagi, menikmati terbitnya matahari di lereng Mahameru. Tanpa menunggu aba-aba, kita pun mengabadikan momen tersebut.
Dzaki Mencoba Menghibur Kartika
Manusia yang sering menguji kesabaran temanya wkwkw
Pukul 06.30, Kartika yang seakan-akan menemukan energinya kembali. Mengajak Gue dan Dzaki untuk melanjutkan perjalanan. Gue pun bersemangat melihat kondisi kartika saat itu. Dan perjalanan pun dimulai, kita bertiga menjadi pendaki terakhir yang menuju puncak. dimana yang lainya udah pada turun, Gue bertiga baru mau naik. Dan akhrinya, Kartika bener-bener udah ngga kuat lagi. Kita duduk di lereng bertiga sambil ngobrol ringan menyemangati diri sendir dan kartika karena hampir pasti Gagal mencapai puncak. "Kar, Lo tau ngga tuhan ngga ngijinin lo buat sampe puncak hari ini? Karena Tuhan pengen lo besok ke puncak bareng sama Suami lo. Andai aja lo sampai puncak hari ini, pasti lo udah ngga pengen lagi ke puncak Mahameru. Nah, Tuhan punya cara lain agar perjalanan lo ke Mahameru lo lebih berkesan, yaitu sama suami lo. Makanya itu Tuhan ngga ngijinin lo sampe puncak hari ini" Itu lah salah satu kata mutiara yang Gue sampaikan ke kartika (Padahal itu pun buat mngehibur Gue wkwk).
"Mas, Dzak, mending lo naik berdua aja, biar Gue nunggu disini. Gue gapapa kok" ucap kartika sambil raut wajah masih lesu dan pucat. "Ngga lah, ngga mungkin Gue ninggalin lo sendiri disini" kata si Dzaki. "Iya kar, ngga mungkin lo disini sendirian" Gue menambahi. "Gapapa Mas, beneran, kalo lo berdua gagal sampe puncak cuman gara-gara Gue, Gue malah merasa bersalah" Kata kartika, sambil memaksa. Melihat kondisi kartika yang sudah membaik, akhirnya dengan terpaksa Gue naik duluan dan Dzaki akan menyusul setelah Dion, Gubis, Lilis dan Syahri turun. Belum sampe 20 langkah Gue naik, Lubis dan Entul udah turun. "Bis, udah sampe puncak?" Lubis ngga jawab pertanyaan Gue, malah di melambaikan tangan seakan mengisyaratkan ke Gue agar ngga naik ke puncak, karena saat itu udah hampri jam 8.00 dan bertanda Mahameru mulai erupsi. Semangat Gue pun pupus, puncak mahameru yang didepan mata seakan sirna begitu saja. "Bis, udah nyampe puncak? Emang jam segini udah mulai erupsi?" Gue bertanya. "Gue gagal nyampe puncak, kondisi Entul lagi down, dia sampe muntah-muntah tadi. Kalo lo mau naik cepetan sebelum erupsinya makin parah" Kata si Gubis. "Hah, muntah-muntah?
Meskipun gagal melihat lautan awan, gue masih mendapatkan sisa-sisa awan
Setelah puas menikmati indahnya puncak Mahameru, Gue dan Dzaki memutuskan untuk segera turun. Perjalanan turun di lereng Mahameru sampai batas vegetasi hanya membutuhkan waktu kuarng lebih 45 menit. Perjalanan ke Camp kalimati Gue lalui begitu cepat, rasa agak nyilu pada lutut seakan tertutupi oleh rasa bahagia karena Gue mampu mencapai puncak Mahameru. Sesampai di camp, Gue langsung merebahkan badan di atas matras. Target sebelumnya kita akan turun hari itu juga, berhubung kondisi kita lagi ga bagus, akhirnya kita memutuskan untuk bermalam di Kalimati dan mulai turun keesokan harinya.
Manusia yang Gue kira udah Tewas di Mahameru wkwkw
Jatuh (di Tanjakan) Cinta, mungkin kejadian ini bisa dijadikan judul FTV. Lagi-lagi Kartika membuat masalah wkwkwk. "Kar, kalo turun jangan ditahan ya, mending sambil lari aja, biar ngga sakit lututnya" Kata si Dzaki. Seakan mengiyakan bisikan
Perjalanan turun terus berlanjut, kabut tebal mengiri perjalan turun Gue dan temen-temen. Sesekali mengambil foto saat perjalanan dan bercanda tawa. Tak ada suara notifikasi handphone dan gaduh nya suara jalanan kota, membuat Gue sangat menikmati perjalanan kali ini. Itu lah salah satu alasan mengapa Gue rindu kembali ke Gunung. Keramahan alamnya membuat Gue terbuai dalam imajinasi yang sangat nyata. Menikmati setiap jengkal keindahan alam yang telah Tuhan ciptakan. Tidak ada satu kata pun yang dapat menandingi nikmat yang telah Tuhan berikan kecuali selalu beryukur kepadaNya.
Dan akhirnya, Gue akan selalu merindukan kalian dan berharap bisa kembali membuat cerita indah di Gunung yang berbeda.
Mahameru Episode 1
Mahameru Episode 2
Limitless Man
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon