Tahun 2018 Gue kembali berhasil membuat sedikit cerita homo yang dapat mewarnai jalan hidup Gue, setidaknya suatu saat nanti Gue bisa ceritain ke anak cucu Gue (Boro-boro anak cucu, pacar aja lo ngga punya Bang hemmmm). Selain tahun ini adalah tahun terakhir Gue menempuh kerasnya perjalanan perkuliahan, tahun ini Gue kembali memecahkan rekor bisa berada di dataran tertinggi Pulau Jawa yaitu bisa berdiri tegak di puncak Mahameru. Meskipun untuk beberapa orang hal ini biasa saja, tapi menurut Gue berada di puncak Mahameru merupakan sebuah kebanggan dan pengalaman yang luar biasa. Karena kepuasan, kebahagiaan dan kebanggan setiap orang itu relatif, setiap individu memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda.
1 Juli 2018 Gue masuk Grup Whatsapp "Mahameru 28-30 Juli". Gue ngga terlalu terkejut, karena sebelumnya Gue emang udah ditawarin temen Gue Gubis (nama samaran) tentang rencana mendaki ke Mahameru. Oh iya, sebelumnya kenalin dulu personil grup "Mahameru 28-30 Juli". Gubis (temen satu kontrakan yang hobinya kentut sembarangan), Entul (temen satu Lab, yang sering diisukan deket sama Gue, padahal sebenernya kita ngaa ada apa-apa), Syahri (Adik tingkat satu Lab, jomblo tapi gayanya selangit), Dzaki (Adik tingkat satu Lab, yang sok kenal sok dekat kalo sama orang baru), Dion, Kartika, Lilis (Adik tingkat yang sebelumnya Gue ngga kenal wkwkw. Dion yaitu driver Gue ketika pulang pergi ke Mahameru, Kartika tuan rumah yang menyediakan makanan Gratis, kalo Lilis sesosok cewek yang tingkahnya agak mirip cowok hehe). Sebelumnya Gue mau klarifikasi, berhubung ini adalah blog Gue, jadi lo semua (nama yang tercantum diatas) hanya pemeran pelengkap dan pemeran utamanya adalah Gue wkwkwk. Lanjut, jadi selama 1 bulan kita berkomunikasi di grup Wahtsapp untuk melengkapi perlengkapan kelompok, pribadi dan registrasi.
H-1 tepatnya tanggal 27 Juli 2018, Gue brangkat dari rumah pukul 08.00 WIB, sebelumnya Gue mampir dulu ke Rumah Sakit yang direkomendasikan sama mantan eh, temen SMA Gue yang kebetulan kerja disitu untuk minta surat keterangan sehat. Parahnya lagi Gue harus nunggu antrian dan nunggu dokternya hingga kurang lebih 3 jam. Akhirnya Bu dokter yang Gue tunggu dateng dengan senyum manisnya (inginku berkata kotor). Ngga lama kemudian gue dipanggil Bu Dokter yang masih muda kayaknya masih Jomblo "Bapak Muhtadin, silahkan masuk", saat itu juga Gue langsung masuk dan langsung di priksa dan di tes. Sembari menjalani tes, Bu dokter tadi nanya-nanya ke Gue "Surat keterangan sehat buat apa mas? buat kerja?" Gue jawab "Buat melamar Ibu dokter Nggak kok Bu, ini buat syarat mendaki gunung". Bu Dokter "owhh.. Udah berapa kali ndaki gunung mas?" Dengan nada meyakinkan Gue jawab "kurang lebih sudah 8 kali Bu (padahal ini kali ke-2 Gue naik Gunung wkwkw)". Bu Dokter menjawab lagi " Waaahh,. Keren ya Mas nya, udah sering naik gunung (Sambil senyum manis dengan tatapan manja)". dan seketika Gue merasa tersentuh setelah sekian lama nggak pernah dibilang keren sama cewek wkwkw. Setelah mendapatkan surat keterangan sehat Gue barang syahri langsung berangkat menuju rumah Kartika, kurang lebih 2 jam perjalanan kita sampai di kediaman Kartika.
Setelah kita makan makanan yang dihidangkan oleh tuan rumah dan prepare barang bawaan, pukul 16.00 WIB kita berangkat menuju Ranupani tempat basecamp awal pendakian. Gue tidak terlalu menikmati ketika perjalanan menuju Ranupani, selain karena Gue harus menanggung beban tas carrier yang cukup berat dan ditambah lagi dengan macetnya jalan diwaktu sore menambah kesan tidak terlalu indah. Saat itu Gue dan rombongan menuju ranupani via Tumpang, Malang. Sebelum masuk pedesaan Gue dan rombongan berhenti di POM untuk mengisi full bahan bakar dan mampir di minimarket untuk sekedar beli logistik yang kurang agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan selama perjalanan ke Mahameru dan ketika kembali. Pukul 20.00 WIB Perjalanan dilanjutkan kembali, jalan yang semula cukup lebar lama-kelamaan menjadi semakin sempit. Lampu jalanan pun juga semakin jarang, ya itu pertanda Gue dan temen-temen sudah mulai memasuki hutan. Jalanan menanjak pun semakin sering kita lalui, kiri kanan jalanan sempit terlihat jurang yang cukup dalam. Udara dingin malam dan sinar rembulan yang cukup terang membuat Gue mulai merasakan salah satu nikmat tuhan yang sangat jarang sekali Gue rasakan. Seketika Gue melepas helm dan menarik nafas dalam-dalam sembari menikmati dingin malam yang semakin menusuk tulang.
Sesaat ketika Gue dan temen-temen melintas tiba-tiba kita bertemu dengan beberapa rombongan menggunakan mobil pick up. Gue dan temen-temen tidak terlalu menghiraukan, ternyata setelah kita berjalan terus kita menjumpai banyak orang yang hampir menutupi jalan. Akhirnya dengan terpaksa kita berhenti. Saat berhenti Gue bertanya pemuda yang ada di lokasi tersebut, Gue nanya "Mas maaf, ini ada acara apa ya kok rame-rame tengah malem gini? ". Mas menjawab "Oh, ini ada acara adat masyarakat Tengger namaya ritual KASADA (baca : Kasodo)." Karena Gue penasaran, Gue nanya lagi"Upacara kayak gini dilakukan tiap minggu, tiap bulan atau tiap tahun mas? ". Mas menjawab "Ritual ini dilakukan setiap bulan Kasada hari ke-14 dalam penanggalan jawa". Menurut masyarakat adat Tengger yang mayoritas bergama Hindu, Ritual Kasada merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk melakukan persembahan agar masyarakat Tengger dan sekitarya diberi keselamatan. Tak terasa sekitar 15 menit kita berbincang sambil melihat ritual adat, akhirnya kita berpamit untuk lewat melanjutkan perjalanan kita menuju Ranupani.
Tak lama kemudian suara raungan motor yang Gue naiki semakin berat, tanjakan yang semula tidak terlalu curam kini semakin menakutkan dan ditambah tikungan tajam yang terkadang membuat hati tak tenang. Dan hal yang gue takutkan terjadi, motor yang Gue naiki bareng Dion ternyata ngga kuat buat naik tanjakan, Gue ngga bisa bayangin kalo harus dorong motor nyampe Ranupani yang jaraknya kurang lebih masih 3 KM dan ditambah lagi tanjakan semua. Dengan hati terpaksa Gue harus turun dan dorong motor. Setelah menemukan tempat datar kita memutuskan untuk break sejenak untuk mendinginkan mesin motor. Sambil menunggu, kembali Gue hanyut dalam malam yang cukup indah, rembulan bersinar terang, udara sejuk bercampur dinginya malam membuat Gue mulaimimpi basah melayag dan berimajinasi. Saat itu Gue ngga memikirkan permasalahan yang pernah terjadi, permasalahan di kampus, rumah, dan permasalahan asmara (emang lo punya masalah asmara bang? pacar aja ngga punya). Setelah merasa cukup untuk mendinginkan motor kita kembali melanjutkan perjalanan, dan alhamdulillah ngga ada kendala lagi hingga pada pukul 23.00 kita sampai di basecamp awal yaitu Ranupani.
Sesampai di Ranupani bunkanlah sambutan hangat yang Gue dapatkan tetapi sambutan udara dingin yang semakin menjadi-jadi. Tidak main-main, pada malam itu suhu mencapai 8 drajat celcius. Bernafas pun mengeluarkan uap, Gue merasa berada di Eropa (kayak pernah ke Eropa aja lo Bang). Malam itu Gue dan temen-temen nggak tidur di camp, melainkan tidur di mushola sekitar Ranupani (Jangan ditiru, ini tindaka yang tidak benar). Sebelum sempat tidur, Gue dan Syahri sempat berbincang dengan 2 orang pemuda yang kebetulan orang Gresik juga. Dan ternyata dia adalah seorang Guide yang sudah berpengalaman tentang duniaperdukunan Pendakian. Dia bercerita pengalamanya selama mendaki, kesan terburuk selama mendaki dan juga memberi masukan pada kita. Kurang lebih 1 jam berbincang, badan Gue terasa udah membeku, dan Gue memutuskan masuk ke mushola dan tidur. Parahnya lagi Gue ngga bisa tidur saking dinginya, baru pukul 03.30 WIB gue baru bisa tidur nyenyak, itu pun pukul 04.15 Gue udah dibangunin sama takmir mushola nya. Malam yang tidak begitu indah bagi pendaki amatiran kayak Gue.
Sabtu 28 Juli 2018, balutan jaket tebal masih menyelimuti badan Gue, seakan tak mau lepas untuk sekedar memberi sela udara masuk dalam tubuh. Gue melihat getaran badan Dzaki dan Lilis menunjukkan bahwa pagi itu benar-benar sangat dingin. Tiba-tiba Dion dengan gayanya, memancing Gue dan temen-temen untuk melawan hawa dingin di Ranupani dengan olahraga kecil dan sekedar menggerak-gerakkan badan untuk menghilangkan rasa dingin. Setelah merasa badan sedikit hangat akibat sinar matahari yang mulai menyapa, kita segera prepare kembali untuk sarapan, check in dan briefing.
Sesaat ketika Gue dan temen-temen melintas tiba-tiba kita bertemu dengan beberapa rombongan menggunakan mobil pick up. Gue dan temen-temen tidak terlalu menghiraukan, ternyata setelah kita berjalan terus kita menjumpai banyak orang yang hampir menutupi jalan. Akhirnya dengan terpaksa kita berhenti. Saat berhenti Gue bertanya pemuda yang ada di lokasi tersebut, Gue nanya "Mas maaf, ini ada acara apa ya kok rame-rame tengah malem gini? ". Mas menjawab "Oh, ini ada acara adat masyarakat Tengger namaya ritual KASADA (baca : Kasodo)." Karena Gue penasaran, Gue nanya lagi"Upacara kayak gini dilakukan tiap minggu, tiap bulan atau tiap tahun mas? ". Mas menjawab "Ritual ini dilakukan setiap bulan Kasada hari ke-14 dalam penanggalan jawa". Menurut masyarakat adat Tengger yang mayoritas bergama Hindu, Ritual Kasada merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk melakukan persembahan agar masyarakat Tengger dan sekitarya diberi keselamatan. Tak terasa sekitar 15 menit kita berbincang sambil melihat ritual adat, akhirnya kita berpamit untuk lewat melanjutkan perjalanan kita menuju Ranupani.
Tak lama kemudian suara raungan motor yang Gue naiki semakin berat, tanjakan yang semula tidak terlalu curam kini semakin menakutkan dan ditambah tikungan tajam yang terkadang membuat hati tak tenang. Dan hal yang gue takutkan terjadi, motor yang Gue naiki bareng Dion ternyata ngga kuat buat naik tanjakan, Gue ngga bisa bayangin kalo harus dorong motor nyampe Ranupani yang jaraknya kurang lebih masih 3 KM dan ditambah lagi tanjakan semua. Dengan hati terpaksa Gue harus turun dan dorong motor. Setelah menemukan tempat datar kita memutuskan untuk break sejenak untuk mendinginkan mesin motor. Sambil menunggu, kembali Gue hanyut dalam malam yang cukup indah, rembulan bersinar terang, udara sejuk bercampur dinginya malam membuat Gue mulai
Sesampai di Ranupani bunkanlah sambutan hangat yang Gue dapatkan tetapi sambutan udara dingin yang semakin menjadi-jadi. Tidak main-main, pada malam itu suhu mencapai 8 drajat celcius. Bernafas pun mengeluarkan uap, Gue merasa berada di Eropa (kayak pernah ke Eropa aja lo Bang). Malam itu Gue dan temen-temen nggak tidur di camp, melainkan tidur di mushola sekitar Ranupani (Jangan ditiru, ini tindaka yang tidak benar). Sebelum sempat tidur, Gue dan Syahri sempat berbincang dengan 2 orang pemuda yang kebetulan orang Gresik juga. Dan ternyata dia adalah seorang Guide yang sudah berpengalaman tentang dunia
Sabtu 28 Juli 2018, balutan jaket tebal masih menyelimuti badan Gue, seakan tak mau lepas untuk sekedar memberi sela udara masuk dalam tubuh. Gue melihat getaran badan Dzaki dan Lilis menunjukkan bahwa pagi itu benar-benar sangat dingin. Tiba-tiba Dion dengan gayanya, memancing Gue dan temen-temen untuk melawan hawa dingin di Ranupani dengan olahraga kecil dan sekedar menggerak-gerakkan badan untuk menghilangkan rasa dingin. Setelah merasa badan sedikit hangat akibat sinar matahari yang mulai menyapa, kita segera prepare kembali untuk sarapan, check in dan briefing.
Gambar saat briefing berlangsung
Setelah melakukan briefing yang kurang lebih memakan waktu 30 menit, kita persiapan melakukan pendakian. Pukul 10.00 WIB kita memulai pendakian dengan memanjatkan doa agar diberi keselamatan selama melakukan pendakian hingga turun kembali. Perjalanan pun dimulai, Gue melihat banyak sekali pendaki lokal, maupun turis mancanegara. Gerombolan demi gerombolan juga sudah mulai melakukan pendakian dengan membawa tas carrier yang tak kalah besar dari carrier yang Gue bawa. 10 menit berjalan Gue dan temen-temen harus melewati tanjakan yang sebenrnya ngga terlalu curam, akan tetapi Gue merasa nafas udah ngga bisa diajak kompromi dan juga punggung terasa agak nyilu. Karena bareng beberapa cewek, Gue gengsi kalo mau bilang capek. Dalam hati Gue menggrutu "Baru 10 menit perjalanan kok udah gini amat ya, kira-kira Gue bisa nyampe puncak nggak ini". Perjalanan terus berlanjut, dengan sesekali kita istirahat untuk sekedar mengambil nafas dan minum. Saling mendahului tiap rombongan merupakan hal biasa, dengan mengucapkan kalimat "permisi, monggo, semangat" sembari melontarkan senyuman hangat untuk menutupi rasa capek. Saling mendahului bukanlah suatu yang disengaja untuk lebih cepat mencapai tujuan, tapi lebih karena tiap rombongan memiliki waktu break yang berbeda, sehingga mempersilahkan rombongan dibelakangnya untuk lebih dulu. Momen inilah yang membuat Gue bersemangat, meskipun ngga kenal, tapi tetap melontarkan sapaan, memberi semangat, bahkan terkadang membantu kita ketika dalam kesulitan.
formasi lengkap sebelum memulai pendakian
Terik matahari yang tertutup rimbunya pohon sesekali menyengat kulit bercampur udara yang masih terasa dingin mengiringi perjalanan kita pada hari itu. Debu jalan akibat banyaknya pendaki membuat nafas terkadang agak tersendat. Tapi semangat Gue dan temen-temen lainya masih tetap berkobar untuk bisa meraih puncak Mahameru, meskipun terlihat Kartika sering tertinggal rombongan. Beruntung ada Dzaki yang setia dan sabar untuk mendampingi dan sesekali memberi semangat. Sesuai jadwal yang telah kita buat, target kita hari ini adalah mencapai surganya Mahameru yaitu Ranukombolo. Untuk mencapai Ranukumbolo kita harus nelewati 4 pos. Pos demi pos berhasil kita lewati, menikmati indahnya alam yang telah tuhan sediakan membuat Gue kembali larut dalam imajinasi. Rasa lelah yang awalnya gue rasakan, lama kelamaan sudah tak terasa. Jalan yang cukup landai meskipun terkadang terdapat beberapa tanjakan menjadi sensasi tersendiri.
Ranu Kumbolo kita datang, tepat pukul 15.30 Gue dan temen-temen sampai di Ranu kumbolo. Serpihan surga di bumi Jawa, itulah beberapa kata yang sering dikatakan orang untuk menujukkan keindahan Ranu kumbolo. Tidak salah memang, seketika Gue takjub. Danau yang indah dikelilingi bukit serta jajaran pohon cemara menjadi pelengkap keindahan danau Ranukumbolo. Tanpa menunggu aba-aba Gue dan Dzaki memulai untuk mengabadikan momen yang belum tentu Gue bisa jumpai lagi.
Sorry kalo yang lain ngga masuk, Disini Gue yang jadi pemeran utama wkwkw
Setelah puas mengabadikan momen dengan berfoto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan ke area camp Ranu kumbolo. Kami membagi tugas untuk mempercepat pekerjaan sebelum malam tiba dan udara dingin kembali menyapa. Cowok bagian mendirikan tenda dan cewek menyiapkan untuk persiapan makan malam. Setelah siap semua saatnya menyantap menu makan malam diiringi dinginya Ranu kumbolo. Tapi kebersamaan yang kami ciptakan sedikit memberi kehangatan pada malam itu. Meskipun sekedar menu mie instan nasi dan sosis, kita lahap makan bagaikan orang kelaparan.
Suatu saat lo bakal kangen suasana kayak gini, (Pemeran utama terpaksa bagian ambil gambar)
Angin semakin kencang berhembus, udara semakin dingin. Temen-temen Gue sudah masuk tenda semua. Sebelumnya Gue sudah membayangkan bisa bermalam di Ranu kumbolo dengan ditemani kobaran api yang menghangatkan dan ditemani kopi hitam. Dan juga tak lupa, bercengkrama dengan teman baru (cewek) sembari memandangi bintang yang bertebaran. Ah, mungkin Gue kebanyakan nonton FTV sehingga Gue terlalu larut dalam imajinasi. Akhirnya Gue membatalkan imajinasi Gue itu dan langsung masuk tenda karena udara benar-benar dingin. Terimakasih tuhan, kau telah memberikan kesempatan pada kita untuk bisa menikmati lukisan indahMu (Bersambung)
Sign up here with your email
Mantap
BalasHapusTeeimakasih kang🙏🙏
HapusSemangka segerrnya manaa yg bikin semangat.. hahaha
BalasHapusNext mungkin di lanjutan akan lebih dibahas. Tunggu saja hehe
HapusOverall gw suka sama tulisan lu bang,pasti ada ngakak ngakaknya wkwk
BalasHapusOh iya tambahan, karena lu cerita di alam, latar suasananya tambahin bang, biar readers berasa ke sana juga :v
Overall gw suka sama tulisan lu bang,pasti ada ngakak ngakaknya wkwk
BalasHapusOh iya tambahan, karena lu cerita di alam, latar suasananya tambahin bang, biar readers berasa ke sana juga :v
Wkwkw tengkyu sebelumnya. Tapi lo bilang gitu bukan sekedar membahagiakan gur kan?? Oke,. Saran diterima 🙏🙏🙏 ditunggu tulisanya mbak
Hapus