Mahameru (The Second Day)

    29 Juli 2018, hari kedua Gue dan temen-temen berada di Mahameru. Perjalanan  kita masih belum berakhir. Indahnya Ranu kumbolo seakan membuat kita lupa bahwa tujuan awal kita bukanlah disini. Malam itu Gue cukup pulas tidur di tenda, dengan balutan jaket ditambah sleeping bag melengkapi nyenyaknya tidur Gue malam itu. Meskipun beberapa kali Gue harus menghirup karbondioksida (kentut) entah milik siapa Gue juga ngga tau. Seakan terbuai dengan mimpi indah malam itu, tiba-tiba Gue merasakan dingin yang luar biasa, benar saja, Dzaki membuka pintu tenda dan membangunkan Gue. Pagi itu cukup dingin, Gue keluar tenda dengan masih balutan jaket dan penutup kepala. Dan lagi-lagi, Gue disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Pemandangan sunrise Ranu kumbolo membuat Gue tertegun dan malu. Sungguh besar nikmat tuhan yang telah di berikan untuk Gue. Dan Gue cuman disuruh sholat 5 waktu aja masih banyak yang bolong.
nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan

    Mentari pagi mulai menyinari, memberi kehangatan setiap mahluk yang ada di Ranu kumbolo pada saat itu. Gue dan temen-temen lainya mulai bergegas berbagi tugas menyiapkan sarapan pagi dan saling bergantian untuk mandi yang kebetulan di Ranu kumbolo terdapat kamar mandi umum. Menu hari kedua kali ini adalah sarden buatan Dzaki. Setelah siap semua, kita kembali melakukan ritual wajib, yaitu makan bersama beralaskan kertas minyak. Udara dingin yang sesekali menusuk tubuh dan sinaran matahari menjadi sensasi tersendiri sarapan pagi waktu itu. Setelah selesai sarapan pagi, kita segera membongkar tenda dan prepare untuk melanjutkan perjalanan. Target kita hari ini adalah Kalimati. Tepat pukul 10.00 WIB Gue dan temen-temen bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Masih di Ranu kumbolo

     Seperti biasa sebelum kita memulai perjalanan, kita menyempatkan untuk berdoa sejenak untuk keselamatan kita selama mendaki. Tanjakan cinta, begitu lah orang sering menyebutnya, merupakan tantangan awal yang harus Gue dan temen-temen lewati. Konon menurut mitos yang ada, jika kita melewati tanjakan ini dengan memikirkan seseorang maka orang tersebut akan menjadi jodoh kita. Tapi  dengan syarat kita ngga boleh noleh ke belakang ketika melakukan perjalanan di tanjakan cinta. Nah, ketika jalan Gue bingung juga mau mikirin siapa (semoga cepet nemu jodoh bang). Tiba-tiba ketika Gue jalan, Gue liat pemandangan yang cukup nyesek, ada cewek cantik gandengan mesra sama pacarnya. Kalo di liat-liat cowoknya sih, Gue ga kalah ganteng kok (PD amat lo bang). Akhirnya kecerdasan Gue muncul ketika melihat film porno cewek itu. Gue langsung jalan terus dan memikirkan cewek yang sama pacarnya tadi. Kali aja beneran suatu saat bisa jodoh sama Gue wkwkw.

    Baru saja Gue dimajakan dengan Ranu kumbolo dan tanjakan cinta. Kali ini Gue kembali dimanjakan oleh hamparan padang savana yang cukup luas. Oro-oro ombo, siapa saja yang perge ke Mahameru dengan tujuan kalimati atau puncak pasti melewati jalur ini. Oro-oro ombo menawarkan pemandangan yang nggak kalah dengan yang lainya. Hamparan padang savana yang luas ditutupi oleh bunga verbena yang berwarna ungu menjadi kesan tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya. Sayang sekali pada saat itu bunga verbena yang mirip dengan bunga lavender itu kering (nggak lagi berbunga). Namun Oro-oro ombo tetap menyajikan keindahan yang dapat memikat siapa saja yang melihatnya.

Cemoro Kandang
    Masih belum setengah jam perjalanan Gue dan temen-temen sampai di pos Cemoro kandang. Dengan motto "Kita ke Mahameru untuk liburan dan mencari kebahagiaan, jadi kalo capek ngga usah memaksakan". Akhirnya kita semua memutuskan untuk istirahat sejenak di Cemoro kandang sambil menikmati segarnya semangka (Padahal motto tersebut cuman buat menghibur si Kartika yang sering ketinggalan rombongan, sorry kar hehe). Oh iya, perlu lo ketahui semua, kalo di setiap pos ada penjual semangka dan gorengan. Penjual tersebut merupakan warga sekitar Ranupani yang setiap pagi naik untuk berjualan di beberapa titik pos. Harganya pun menurut Gue cukup terjangkau jika kita lihat perjuangan bapak-bapak yang tiap hari turun untuk ngambil daganganya, hanya 2500 (semangka atau gorengan). Nikmatnya semangka Cemoro kandang, semilir angin yang cukup kencang, udara dingin dan sinar matahari yang menembus pohon cemara seakan membuat Gue kembali larut dalam imajinasi yang kerap kali hinggap dalam kepala.

ini yang namanya Kartika, manusia yang sering menguji kesabaran para temanya
(Terpaksa gue pasang foronya, karena yang bersangkutan maksa fotonya pengen masuk blog gue)

    Hari semakin siang dan perjalanan masih panjang, kami pun segera bergegas melanjutkan perjalanan. Tanjakan dan turunan membuat Gue cukup menghela nafas cukup dalam. Gue dan temen-temen sesekali berhenti untuk menhirup nafas. Formasi kita masih sama seperti hari sebelumnya, Syahri dan Lilis (Manusia setengah kuda) masih berada dibarisan paling depan. Gue, Lubis, Entul, Dion berada dalam satu rombongan. Dan Kartika dan Dzaki masih di barisan paling belakang. Dibanding dengan pendaki yang lainya, rombongan kita yang paling lama kalo jalan. Berjalan 15 menit entar istirahatnya 30 menit. 

Gue (kanan), Lilis (tengah), Dzaki (kiri) : Sekali lagi sebenrnya Gue terpaksa Masukin foto si Lilis dan Dzaki wkwk

    Gue dan temen-temen terus melanjutkan perjalanan, terik matahari yang semakin menyengat dan debu jalan setapak akibat langkah kaki membuat nafas Gue agak sesak. Dengan sesekali berteriak "Kartika aman?" terdengar Dzaki yang menjawab "Amaan", meskipun suara terdengar agak jauh. Kata-kata itu lah yang sering Gue dan temen-temen katakan untuk menanyakan kondisi Kartika apakah mau break sejenak atau lanjut (Jujur aja, seringkali Gue nawarin break bukan berarti Gue perhatian, tapi lebih karena Gue juga capek wkwkw. Tapi karena agak gengsi akhirnya Gue sok sokan menawarkan apakah lanjut apa break). Setelah melewati masa kritis beberapa tanjakan dan turunan, akhirnya kita sampai di pos Jambangan


Lubis : Tersangka tukang kentut sembarangan (Sekali lagi Gue tekankan. Karena dia adalah orang  yang ngajak Gue join muncak Mahameru kali ini, terpaksa Gue post fotonya)

Jambangan
    Perjalanan dari cemoro kandang menuju jambangan yang cukup banyak tanjakan membuat Gue dan temen-temen kembali terpisah menjadi tiga rombongan. Syahri, Lilis dan Dion seperti biasa dia sampai lebih dulu di pos jambangan. Sementara Kartika dan Dzaki masih jauh dibelakang. Lagi-lagi, diterik sinar matahari yang cukup menyengat dan udara cukup kencang, mata Gue disuguhkan semangak warna merah merona seakan menggoda untuk dinikmatinya. Tanpa nunggu ditawarin, Gue langsung menyasar semangka yang telah berjejer di meja penjual. Gue sangat menikmati, manis dan segarnya semangka mahameru membasahi tenggorokan Gue yang sebelumnya hanya dibasahi oleh air Ranukumbolo. Tak lama kemudian Dzaki dan Kartika akhirnya sampai juga di Jambangan. Wajah pucat Kartika dan terlihat lemas seakan memberi isyarat kalo kita harus break cukup lama. Ketika Gue melihat Kartika yang duduk lesu sambil memejamkan mata, Gue merasa sangat kasihan dan khawatir (ini hanya pencitraan kar, biar penulis kelihatan baik hati wkwk), sambil menawarkan air minum Gue menanyakan kondisinya "Gimana kar, masih kuat? bentar lagi nyampek kok". Kartika menjawab "insaallah kuaat".

    Setelah merasa tenaga sudah terkumpul, kita kembali melanjutkan perjalanan. Perjalanan selanjutnya yaitu Kalimati atau pos camp terakhir sebelum summit puncak mahameru. Perjalanan menuju Kalimati tidak terlalu jauh, kira-kira hanya memakan waktu 1.5 - 2 jam. Selain itu jalanya pun relatif landai dan agak menurun. Jalan yang cukup landai membuat kita hanya beberapa kali break. Tepat pukul 14.30 Gue dan temen-temen sampai di Kalimati dan bersiap mendikiran tenda. Seperti biasa, kita saling bagi tugas untuk meringankan pekerjaan.

Kalimati
    Terlintas dalam fikiran Gue Kalimati merupakan suatu sungai yang tidak berair dan juga menyeramkan. Akan tetapi fikiran itu pun sirna seketika saat Gue melihat kenyataanya. Padang rumput yang cukup luas, rumput berwarna kuning yang menandakan musim kemarau dan juga pemandangan puncak Mahameru yang semakin jelas. Tenda berwarna warni yang berjajar bagaikan pelangi yang mengiasi cakrawala, menambah pemandangan yang luar biasa di Kalimati. Baru saja Gue duduk untuk melepas penat sekaligus menikmati pemandangan, tiba-tiba Gue mendengar suara Emak-emak dengan nada tinggi "Ayo biar cepet istirahat, ada yang masang tenda, ada yang masak dan ada yang ambil air di Sumber mani". (Gue agak kaget sebenernya, ternyata dibalik sifatnya yang hampir mirip cowok, ternyata dia masih memiliki jiwa emak-emak, wkwkw). Tanpa berfikir panjang Gue langsung menawarkn diri untuk mengambil air di Sumber mani. Meskipun badan sudah hampir terasa tak menyambung antara sendi-sendi tulang akibat beban berat carrier yang Gue bawa, Gue paksakan untuk mengambil air di Sumber mani yang kurang lebih memakan waktu 30 menit. Ya,. Gue tidak ingin melewatkan moment sekecil apapun di Mahameru ini. Kali ini Gue berangkat dengan membawa 8 botol air mineral ukuran 1500 ml ditemani Dzaki (manusia tanpa kenal lelah).

    Lagi-lagi Gue bertemu dengan rombngan Bule dari Inggris ini lagi. Yang semula Gue berjalan cepat, akhirnya berjalan lambat membuntuti dibelakang Bule ini, Bukan karena. Ya, Jalan menuju Sumber mani sangatlah sempit, hanya dapat dilewati satu persatu orang sehingga Gue nggak bisa mendahuluinya. Jalan yang cukup curam dan sempit. Samping kiri kanan terdapat batuan dan tanah yang sudah ditumbuhi berbagai macam tumbuhan seakan menghimpit siapa saja yang berjalan disana. Batuan yang licin dan berlumut juga menyertai perjalanan Gue dan Dzaki. Setelah hampir 15 menit berjalan, akhirnya Gue dan dzaki sampilah di Sumber mani. Dan lagi-lagi, Gue seakan ditipu dengan imajinasi Gue sendiri. Ini lah Sumber mani. Dari nama itu Gue mebayangkan Sumber mani ini mirip dengan Ranukumbolo. Sebuah danau yang sunyi, sepi dan cukup mencekam. Ditambah dengan keterangan bahwa sumber mani ini tempat minum hewan-hewan buas di Mahameru. Dan ternyata Sumber mani ini merupakan sumber air yang keluar dari atas tebing batu. Volume airnya yang keluarpun pun tak terlalu banyak. Tapi sudah lebih dari cukup untuk cuci muka dan mengisi botol yang kosong.

    Tenda sudah berdiri tegak, samping kanan kiri juga terdapat tanda dari pendaki lain saling berhadapan. Camp Kalimati ini seakan membentuk sebuah desa yang damai dengan saling sapa dengan ramahnya. Terkadang canda tawa saling menggoda juga terlontarkan dari orang-orang yang tak pernah dikenal. Sore hari di Kalimati, Gue dan temen-temen tak mau menyianyiakan momen menikmati senja di pandang rumput yang sudah mengering. Udara sore itu pun tak terlalu dingin, dengan membawa segelas kopi kita duduk sampil menikmati pemandangan yang menakjubkan. Benar sekali, lereng Mahameru sudah terlihat jelas di hadapan kita. Siapa yang tak tahu Mahameru? Siapa saja yang dapat menginjakkan kakinya diatas pasti akan mempunyai kebangga sendiri.

Kalimati (Kamu adalah lamunan hati yang tak pernah mati) wkwk

    Ketika sedang menikmati pemandangan dengan sdikit canda tawa, Dzaki melihat dua orang Bule cewek dan cowok sedang berdua juga menikmati keindahan Mahameru dari Kalimati. Seketika dia berkata "He,. itu adak Bule, ayo ajakin dia foto, sekalian ngetes kemampuan bahasa inggris". kemudian Dion langsung menyambar kata-kata Dzaki "Ayo, yang sudah lulus TOEFL maju duluan" jelas penyataan itu langsung mengarah pada Gue. Entah itu sebuah pujian atau hinaan. Yang pasti Gue merasa terhina karena cuma bisa lulus TOEFL dengan skor pas-pasan. Dengan modal bahasa inggris pas-pasan dan hampir kurang, tanpa berfikir panjang Dzaki langsung mendekati si Bule dan mengajak berbicara. Entah apa saja yang dibicarakanya Gue juga nggak ngerti, yang pasti dia dapetin foto sama Bule ini 

Kenalin ini Dion (Sebelah kiri sendiri, pake celana merah dan berselimut Sarung) Karena dia Driver setia Gue, Maka Gue berkewajiban mempang fotonya

    Gue dan temen-temen duduk-duduk kembali menikmati alam cukup cerah dengan hembusan angin yang tak terlalu kencang dan juga melihat awan menggantung diatas puncak Mahameru, tiba-tiba Bapak-bapak paruh baya medekati kita. Ya, Beliau merupakan Guide kedua turis tadi. hampir 30 menit kita bercengkrama, berbagai tentang pengalamanya sebagai Guide, masa mudanya, istrinya dan pengalaman yang lainya. Kita sebagai yang lebih muda hanya bisa mendengarkan dan melontarkan pertanyaan. Angin berhembus semakin kencang, Bapak itu terus bercerita sampai tanpa disadari bulu romanya mulai terlihat berdiri dan sangat terlihat badanya mulai bergerak kedinginan. Gue dan temen-temen pun juga merasakan kedinginan sehingga kita memutuskan untuk kembali ketenda.

(Bersambung)...
Previous
Next Post »