Ngopi : Budaya bersosialisasi yang Berubah Menjadi Numpang WIFI

     Berbicara tentang Ngopi, merupakan kata yang terbentuk dari Ng- dan Kopi. Kopi adalah kata benda. karena dapat kata awalan Ng- maka menjadi Ngopi dan berubah menjadi kata kerja. Kopi adalah sebuah minuman dari biji kopi yang telah dihaluskan, tapi kalau sudah menjadi Ngopi artinya berubah menjadi suatu kegiatan meminum kopi. Mungkin itulah definisi ngawur yang dapat Gue jabarkan. Siapa yang sih yang ngga denger istilah ngopi? Ngopi sudah sangat populer mulai dari zaman penjajahan. Banyak sekali versi tentang sejarah masuknya kopi di Indonesi, ada yang menyebutkan awal mula kopi dibawa oleh pemerintah Belanda dari India. Ada yang menyebutkan kopi dibawa oleh pedagang Arab. Dan masih banyak lagi versi yang lainya.


Sumber : Kopi Bojonegoro (instagram : @muhtadin66)

   Di era milenial saat ini, kita sudah ngga bisa lepas dari gadget. Kenyataanya saat ini gadget sudah menjadi kebutuhan primer yang wajib dimiliki. Bahkan anak SD pun sudah mepunyai gadget sendiri. Penggunaanya pun beragam, ada yang digunakan untuk social media, nge game, stalker instagram mantan, download video porno, dan masih banyak lagi. Semua informasi dari seluruh penjuru dunia pun dengan mudah diakses melalui genggaman tangan.

    Kemudahan megakses informasi melalui internet membuat kita lupa bagaimana cara bersosialisasi. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, kemajuan teknologi informasi sedikit demi sedikit menggerus kebudayaan kita yaitu bersosialisasi. Salah satunya adalah budaya Ngopi. Dulu orang Ngopi di warkop tujuanya adalah 70 persen untuk bersosialisasi dan 30 persen untuk menikmati kopi. kenapa Gue berani bilang 70 persen untuk bersosialisasi? Pertama, karena jika hanya menikmati kopi, kita bisa membuat sendiri di rumah tanpa harus antri bahkan jauh-jauh ke warung kopi hanya untuk segelas kopi. Kedua, Menghabiskan segelas kopi cukup dengan waktu 5-10 menit. Tapi faktanya orang ngopi bisa menghabiskan waktu berjam-jam.

    Bapak-bapak yang lahir dibawah 90-an, pasti masih merasakan indahnya bercengkrama di warkop dengan ditemani secangkir kopi. Topik yang dibicarakan pun beragam, mulai dari politik, kebangsaan atau sekedar gurauan. Warung Kopi menjadi tempat paling netral untuk merefresh pikiran. Tak pandang jabatan atau kekuasaan, kalo sudah duduk di warkop harus siap dengan bahasa warkop yang ngalor-ngidul. Orang dulu menjadikan warkop sebagai tempat bergaul dengan yang lainya dan mencari informasi dari mulut-kemulut (bukan berciuman).

    Pada saat ini, budaya Ngopi sudah mulai terkikis. Bukan karena sudah banyak warkop yang gulung tikar atau petani kopi yang gagal panen. Tapi lebih ke tujuan ngopi itu sendiri yaitu bersosialisasi sambil menikmati kopi berganti menjadi "Numpang WIFI". Kebutuhan untuk mengakses informasi melalui internet yang cukup tinggi, tak diibangi dengan kuota yang memadai. Alhasil, si pemilik warkop mulai memanfatkan keadaan ini, yaitu memasang WIFI untuk menarik pelanggan. Sangat Efektif, dalam 5 tahun terakhir ini Gue melihat hampir semua warkop menyediakan akses WIFI gratis. Dan dapat terlihat sangat jelas, warung kopi yang tidak menyediakan WIFI hanya didatangi oleh orang-orang tua yang benar-benar Ngopi tanpa akses WIFI.

    Tegur sapa yang dulunya seperti ini "Eh, Cok nandi ae gak tau ketok" (Eh broh, kemana aja lo ga pernah keliatan) berubah menjadi pertanyaan "Pasword wifi ne opo? "(paswordnya apa?). Dulunya yang pergi ngopi bareng nyampe tempat langsung ngobrol, sekarang buka Hp langsung bareng-bareng main Game. Duduk di warkop pesen Es/kopi abis itu duduk nyenyak sambil mantengi Hp liat Bokep sampe berjam-jam tanpa sepatah katapun.

    Tidak perlu ada yang disalahkan, memang terkadang perubahan zaman terlalu kejam. Mungkin inilah salah satu korban dari tuntutan zaman. Gue sendiri pun juga sebagai korban WIFI Gratis, tiap mau ngopi pasti yang dipirkan pertama adalah ada wifinya ngga? kedua, kecepatan nya gimana?. Itulah pikirian anak milineal ketika mau Ngopi (tidak semua, tapi sebagian besar). Meskipun tiap hari ngopi di tempat yang sama, orang disekitar kita pun ngga ada yang kenal. ngga ada interaksi sama sekali. Fasilitas warkop jaman dulu yang biasanya disediakan papan catur atau kartu. sekarang berubah menjadi stop kontak lengkap tiap meja dan TV besar dengan suara musik yang kencang. Seakan mendukung kita agar tidak berinteraksi dengan yang lain. Ya itu lah kenyataan yang harus kita terima, yaitu hilangngya Budaya Ngopi (budaya bersosialisasi tanpa WIFI).


Limitles Man
Previous
Next Post »