Realita Pendidikan Negeri Ini di Momen Hari Pendidikan Nasional

Selamat tengah malam menjelang pagi,

   Salam sejahtera bagi kita semua. Pada kesempatan yang luar biasa ini gue kembali hadir menyapa lo semua pembaca setia blog gue yang nggak bisa gue sebut satu persatu karena emang nggak ada satu pun pembaca yang berkenan membaca blog gue (sungguh ironis). Sebenernya hari ini gua agak males nulis, dan kampretnya lagi gue udah terlanjur janji sama dua tuyul sahabat gue ini Filia dan Roziqin. Dan parahnya lagi, karena ini merupakan momen Hari Pendidikan Nasional, gue harus menggunakan tema itu pada postingan gue kali ini. Tapi gue seneng dengan punya temen yang juga seneng nulis, setidaknya ada temen baru untuk berbagai ilmu mengenai menulis dan juga sebagai pelecut semangat gue untuk terus menulis. "Bang sebenernya lo mau nulis tentang Hari Pendidikan Nasional apa mau curhat?" hahaha, oke-oke langsung saja pada intinya.


Laporan Praktikum Setelah ACC

   Bertepatan pada momen Hari Pendidikan Nasional kali ini, gue sebagai komponen dari sistem pendidikan yang ada di negeri ini merasa perlu untuk sekedar memberikan sebuah opini mengenai sistem pendidikan di negeri ini. Entah ada yang perduli ataupun tidak gue nggak peduli, yang penting gue udah ngungkapan apa yang ada dalam pikiran gue. Dalam sistem pendidikan di Indonesia umumnya seseorang menempuh 2 tahun masa taman kanak-kanak, 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama (SMP), 3 tahun sekolah menengah atas (SMA) dan 4 tahun jenjang perguruan tinggi S1. Bahkan masih ada S2 dan S3. Dari tahun ketahun jumlah sarjana semakin meningkat dan parahnya lagi jumlah tersebut berbanding lurus dengan jumlah pengangguran lulusan sarjana semakin meningkat pula.

   Banyak sekali sesorang yang membawa gelar sarjana namun sulit sekali mencari sebuah pekerjaan. Apakah sebenernya yang salah dari sistem pendidikan di negara kita ini, sehingga dari lulusan sarjana yang paling tidak sudah mengenyam 18 tahun masa pedidikan sangat sulit mencari satu tempat di dunia kerja? Apakah dari sistem yang dijalankan pemerintah salah? gue rasa tidak, program-program yang direncanakan pemerintah sangat bagus, mulai dari semakin banyaknya beasiswa bagi mahasiswa berprestasi, pembagunan fasilitas pendidikan sudah mulai merata meskipun belum seratus persen. Dan apakah memang sumber daya manusia yang dimiliki negara kita memang terbatas? gue rasa juga tidak, kita memiliki penduduk terbanyak ke-4 di dunia setelah Cina, India dan Amerika. Banyak juga mahasiswa dan ilmuan dari indonesia dengan kecerdasa mereka bisa sukses di  luar negeri. Lantas sistem apa yang salah sehingga realita dilapangan tak sesuai rencana yang dicanagkan? mungkin ini adalah salah satu permasalah di pendidikan kita. Tidak hanya pemerintah yang berperan aktif memperbaikinya. Namun kita sebagai komponen dari sistem pendidikan juga harus turut andil dalam memecahkan permasalahan ini.

   Menurut gue ini merupakan sebuah miskomnikasi antara pelaku pendidikan dengan pembuat sistem pendidikan. Pelaku pendidikan beranggapan bahwa setelah mereka lulus, mereka yakin sudah mempunyai skill yang dibutuhkan di dunia kerja. Dengan kata lain LULUS merupak tujuan dari sebuah belajar. dan parahnya lagi LULUS digunakan sebagai tujuan dari segala tujuan. Karena itu kita sering menemukan siswa yang mencontek pada saat ujian. Mereka melakukan hal tersebut karena dalam jiwa mereka sudah tertanam bahwa nilai (lulus) merupakan sebuah tujuan dari belajar. Pemikiran tersebut merupakan sebuah pemikiran yang salah dan sudah mendarah daging di dunia pendidikan kita. Mereka menganggap bahwa dengan telah belajar dan lulus, mereka sudah mempunyai bekal yang memadai untuk terjun di dunia kerja sesungguhnya. Namun pada realita yang ada dalam dunia nyata bahwa pelajaran yang kita pelajari selama kita menempuh di dunia pendidikan yang terpakai tidak lebih dari sepuluh persen dari apa yang telah kita pelajari, bahkan lebih rendah dari itu.

   Pada dasarnya pendidikan yang kita tempuh bertahun-tahun itu merupakan suatu proses belajar. Dan ketika kita lulus dari sebuah instansi, itu merupakan suatu tanda bahwa kita telah menyelesaikan sebuah proses dari belajar. Kemudia setelah itu baru kita harus siap belajar lagi dikehidupan yang real yaitu dunia kerja. Dan yang harus dipelajari juga tidak terbatas pada bidang yang kita tekuni ketika menempuh pendidikan. Pada dunia kerja sesungguhnya banyak sekali permasalah yang harus dapat diselesaikan dengan beberapa bidang. Oleh karena itu kita harus benar-benar bisa belajar mengenai persoalan yang kompleks. Bahkan seorang presiden, direktur, manager dan seorang pakar pun juga butuh belajar.

   Jadi poin pentingnya disini adalah kita harus sadar dan paham mengenai sistem pendidikan yang kita jalani dan paham betul menegani makna dari belajar itu sendiri. Mulailah langkah awal mengintropeksi pribadi kita masing-masing untuk lebih memahami makna dari belajar itu sendiri. Dan bagi pemerintah juga harus melakukan langkah nyata agar keslahpahaman pemikiran anak bangsa mengenai pendidikan dan belajar ini dapat diperbaiki. Agar suatu saat nanti dunia pendidikan benar-benar melahirkan individu-individu yang unggul untuk bersaing di era globalisasi.

   oke,. mungkin itu saja yang dapat gue share. Gue juga turut berterimakasih kepada bapak Hasanuddin Abdurrakhman yang telah membuat artikel luar biasa yang dapat sedikit membuka pikiran gue mengenai arti penting dari pendidikan dan belajar. Sekali lagi gue minta maaf jika banyak keambiguan dan ketidak jelasan dari tulisan gue.

Sekian dari gue, Selamat pagi dan selamat beristirahat.
Previous
Next Post »