Si Tole, dia merupakan bocah
kecil yang hidup di kampung dekat dengan pesisir pantai. Umurnya tujuh tahun,
dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga nelayan yang
sederhana. Ayah si Tole merupakan nelayan yang tak menentu penghasilanya,
sedangkan ibunya hanya seorang buruh penjemur udang di pesisir pantai.
Pada suatu hari Tole bermain
dengan teman-temanya yang tidak lain merupakan anak-anak dari tetangga di
kampung tersebut. Seperti anak pesisir lainya, mereka bermain di laut yang
kebetulan tidak jauh di belakang rumah mereka. Hampir setiap hari Tole dan
teman-temanya bermain di tepi laut. Hingga waktu itu ayah Tole memarahinya
karena beliau khawatir anaknya yang paling kecil sendiri dari teman-temanya itu
terjadi apa-apa.
Saat itu merupakan waktu air laut
pasang, dan kebetulan juga angin timur berhembus. Dan itu artinya di tepi
pantai akan dipenuhi oleh sampah yang akan menutupi bibir pantai. Saat itu si
Tole dan teman-temanya kebetulan bermain ke pantai dan melihat banyak sekali
sampah botol air mineral, dan barang-barang bekas yang terapung di air.
Kemudian teman si Tole melihat seorang nenek tua yang sedang memungut
barang-barang bekas yang sekiranya bisa dijual kembali dimasukan kedalam karung
yang dibawanya.
Keessokan harinya, kebetulan hari
itu adalah hari libur sekolah Tole diajak oleh teman-temanya yang kebetulan
adalah tetangganya sendiri untuk ikut memulung sampah yang terapung di tepi
laut. Tanpa berfikir panjang dia mengiyakan ajakan temanya tersebut, dan tole
dan temanya pun mulai mencari barang-barang yang sekiranya bisa dijual lagi
dari rimbunan sampah yang terapung. Dari pagi mereka menyisir tepi laut hingga
panas terik matahari pun tak dihiraukanya. Tak terasa karung yang mereka bawa
sudah terisi penuh dengan barang-barang bekas yang siap untuk dijual ke
pengepul barang bekas.
Orang yang ditunggu-tunggu pun
datang. Ya, pengepul barang bekas, pak Tauhid namanya. Tole dan teman-temanya
segera mendekat ke mobil pick up pak Tauhid yang telah membawa banyak barang
rongsokan. Kemudian mereka menimbang barang rongsokan yang telah didapat satu
persatu. Saat itu Tole mendapatkan 1 kilogram dan itu artinya dia mendapatkan
uang sebesar 3000 rupiah. Memang jika dibandingkan saat ini, uang sebesar itu
tidak berarti apa-apa. Tapi pada saat itu pada tahun 2003 uang 3000 rupiah
sangatlah berharga, apalagi untuk anak berumur 7 tahun. Tole merasa sangat
senang sekali, dia tidak menyangka bisa mendapatkan uang dari jerih payahnya
sendiri.
Semenjak hari itu, setiap libur
sekolah ataupun pulang sekolah Tole dan teman-temanya selalu memulung barang
rongsokan yang terapung di laut. Uang yang mereka dapat biasanya mereka
kumpulkan untuk membeli mainan atau untuk jajan mereka sendiri. Mencari barang
rongsokan dilaut dilakukan terus oleh Tole dan teman-temany hingga mereka
menginjak umur 14 tahun atau kelas 2 SMP. Hingga suatu ketika ayah Tole
memarahi dirinya dan meminta agar Tole tidak lagi mencari barang rongsokan di
laut. Selain beliau khawatir terjadi apa-apa pada Tole, beliau juga malu oleh
omongan orang-orang yang menganggap dia tidak mampu membiayai anaknya hingga
anaknya memulung barang rongsokan di laut. Tapi bagi Tole itu hanyalah nasihat
yang masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Dia tetap mencari rongsokan
setiap libur sekolah bersama teman-temanya.
Selain itu tole juga sering
mencari ikan di tambak orang yang sedang panen. Hingga dia juga pernah bolos
sekolah gara-gara mencari ikan tersebut. Dan dia juga sering mencari kepiting
dan juga sering ikut mencari ikan di
laut bersama ayahnya. Tidak heran jika prestasi Tole di sekolah tidak
membanggakan sama sekali. Meskipun di sekolah Tidak mempunyai prestasi apa-apa
dia merupakan anak yang ulet, pekerja keras dan juga tekun dalam melakukan
sebuah pekerjaan.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon