Minggu 5 Juli 2015,
hari ini merupakan hari yang gue tunggu-tunggu sejak 6 bulan terakhir. Ya, hari
peratma perjalan menuju tanah kelahiran gue
yaitu Ambon. Perjalanan ini bukan sekedar perjalan biasa yang hanya sekedar
bersenang-senang menikmati liburan, tetapi lebih dari itu. Perjalanan ini
merupakan salah satu perjalanan yang bersejarah dalam hidup gue. Gue bilang
bersejarah karena ini merupakan kali pertama gue menginjakkan kaki di tanah
kelahiran gue setelah lima belas tahun lalu. Lima belas tahun
bukanlah waktu yang singkat dalam menapaki sebuah roda kehidupan. Banyak kejadian-kejadian luar biasa yang telah gue lewati selama 15 tahun di negeri orang ini. Suka maupun duka, semua telah tercatat rapi dalam sejarah dalam hidup gue.
Seperti biasa, sebelum masuk memasuki semester baru gue selalu menulis target-target gue yang harus gue capai selama satu semester. yah, setidaknya target itu bisa membuat gue lebih semangat dalam menempuh tugas-tugas yang pastinya semakin berat. Dan kebetulan waktu itu gue menulis target " Harus bisa pulang kampung dengan uang sendiri." Meskipun target-target yang lain ada juga yang belum terpenuhi. Tapi setidaknya masih ada beberapa target yang berhasil saya capai.
Hari pertama gue
berangkat diantar oleh kakak ipar menggunakan sepeda motor ke pelabuhan tanjung
perak Surabaya. Pada saat itu gue berangkat setelah sholat tarawih, kira-kira
pukul 20.30 WIB. Kemudian 2 jam kemudian gue sudah sampai di tanjung perak.
Sesampai disana gue dan kakak ipar gue ngopi sambil ngobrol-ngobrol sembari
menunggu kapal sandar di pelabuhan. Tak terasa satu jam telah berlalu, tapi
kapal yang ditunggu-tunggu belum juga sandar. Akhirnya gue meyuruh kaka ipar
gue untuk pulang terlebih dahulu. Setelah itu gue langsung menuju ruang tunggu
penumpang, dan disitu sudah ada ratusan penumpang yang juga menunggu
keberangkatan.
Hanya beberapa saat gue
baru duduk, gue disamperin sama bapak-bapak kemudian menggelarkan alas karung
disamping gue. “Silahkan mas!” kata bapak itu. Dalam hati “wah, baik banget
bapak ini”. gue langsung menjawab” trimakasih pak”. Kira-kira 10 menit bapak
itu berdiri di samping gue. Gue juga nggak tau kenapa bapak-bapak itu berdiri
disitu. Kemudian bapak itu bilang sama gue “Mas, itu alasnya harganya 10 ribu”. tanpa pikir panjang gue langsung memberikan uang sepuluh ribu kepada bapak itu. tak lama kemudian geu disamperin sama anak muda, seumuran gue lah. katanya sih dia pulang dari mondok mau pulang ke makassar. kita berbincang-bincang kira-kira 1 jam, kemudian terdengar suara kapal yang sandar, gue sama abang tadi bergegas pergi ke loket masuk. Dan malesnya lagi adalah gue harus ngantri.
Kira-kira pukul 03.00 WIB gue udah di dalam kapal. beruntung gue dapet ranjang tidur, yah meskipun samping dan depan gue ibuk-ibu semua. yang parahnya lagi, di samping gue ada ibu-ibu yang hamil. tapi gak masalah lah, yang penting bisa tidur. Setelah gue menaruh barang-barang gue dan merapikanya kemudian gue siap-siap untuk sahur. Beruntung gue udah di masakin ibu dari rumah jadi nggak usah ngantri ambil makan. ketika gue makan sahur kebetulan tetangga samping ranjang juga sedang makan sahur akhirnya gue terpaksa menawarkan makanan yang gue bawa. parahnya lagi si ibu-ibu ini langsung nerima tawaran gue (waduh, jatah buat tiga hari ludes deh..hehe) *ngomong dalam hati. tapi nggak masalah lah itung-itung shodaqoh. kemudian setelah makan sahur dan sholat shubuh saya pun berbincang-bincang dengan ibu-ibu ini. Ada yang dari jakarta mau pulang kampung ke makassar, ada yang dari kediri tujuan ambon, dan masih banyak lagi. setelah beberapa jam ngobrol-ngobrol gue minta izin untuk tidur karena kelelahan dan juga semalam nggak tidur.
Ranjang tempat tidur kelas ekonomi kapal pelni
Setelah gue bangun, gue langsung liat jam. Dan gue merasa udah tidur lama banget, tapi ternyata jam masih menunjukan pukul 8 pagi (apa-apaan ini). Dan gue sempat bingung mau ngapain, pengen ngobrol-ngobrol nggak ada yang diajak ngobrol, pengen makan inget puasa, mau buka Fb, BBM, twitter nggak ada jaringan. dan yang baru gue tau ternyata di kapal nggak ada sinyal Indosat, yang bisa cuman yang pake karu Telkomsel. sungguh perjalanan yang membosankan. Akhirnya gue putusin untuk jalan-jala sendirian ke dek paling atas kapal untuk ngeliat matahiri terbit.
matahari terbit di selat madura
Setelah beberapa jam hanya memandang laut yang dengan hebusan angin yang cukup kencang, akhirnya gue mutusin untuk balik ke tempat tidur lagi. Dan karena nggak ada kerjaan, di hari pertama gue di kapal hanya di habiskan dengan tidur, dengarin musik, tidur, tidur, dan tidur lagi. this is make me very bore.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon